Postingan

Sosiologi Sastra analisis secara teks

Belajar menerapkan teori sosiologi sastra Hatiku Selembar Daun Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput Nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini Ada yang masih ingin ku pandang Yang selama ini senantiasa luput Sesaat adalah abadi Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi Dalam menganalisis puisi pasti ada alasan mengapa memilih puisi tersebut yakni karena puisi tersebut terkenal, dan sering digunakan dan alasan tersebut digunakan oleh diri sendiri.             Pada judul puisi ini ditemukan metafora/perbandingan antara daun dan hati. Ada tiga alasan. Pertama, bentuk hati dan daun itu mirip. Kedua, hati dan daun sama-sama rapuh. Ketiga, bentuk hati dan daun sama-sama pipih atau menyerupai lembaran. Pada baris pertama adalah selembar daun karena memiliki hubungan dengan daun. Lalu baris kedua sampai lima adalah kejadian sebelum baris ke tujuh yaitu sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi. Baris tersebut saling berhubungan dan saling menjelaskan. Lalu p

Esai Sosiologi Sastra

Gambar
Sosiologi Sastra dalam Cerpen “Berjuang di Ibu Kota Terdingin di Dunia” Karya Rinto Priambodo Sosiologi sastra merupakan teori sastra yang mengkaji hubungan sastra dengan masyarakat. Sastra tidak mungkin lepas dari masyarakat. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. Jadi, sosiologi sastra adalah gambaran masyarakat karena kritik sastra lahir dari masyarakat. Dalam cerpen “Berjuang di Ibu Kota Terdingin di Dunia” karya Rinto Priambodo digambarkan sebuah cerita para pejuang di tanah rantau. Merantau berarti mencari rumah kedua. Meresapi berbagai rasa yang asing menjadi lekat dan dekat. Beradaptasi kembali dan berjuang melawan tekanan, teman baru, suhu yang tidak sesuai, rasa rindu yang tak tertahankan hingga paksaan untuk hidup sendiri. Pada cerpen ini menceritakan kehidupan tokoh aku dan temannya yang sedang dinas ke luar negeri untuk mencari pengalaman

Manusia Makhluk Peneliti

Manusia Makhluk Peneliti Keistimewaan manusia di berikan akal pikiran menjadikan mereka menjadi makhluk peneliti, makhluk budaya dan juga makhluk moral.  Untuk itu pada tulisan kali ini, penulis bertujuan untuk mengenalkan kepada pembaca sekalian mengenai manusia makhluk peneliti, makhluk budaya dan juga makhluk moral. Allah menurunkan wahyu pertama yaitu surah al-alaq ayat: 1-5. Dalam wahyu pertama tersebut Allah memerintahkan kita sebagai umat muslim untuk senantia menghabiskan waktu untuk membaca. Perintah Allah ini ketika kita melaksanakannya dengan penuh suka cita maka pasti banyak sekali manfaat yang akan di rasakan. Sayangnya, perintah Allah ini masih banyak manusia yang tidak melaksanakannya dengan baik. Sehingga kerugianlah yang akan di dapat. Di Indonesia saja, angka membaca masyarakat rendah sekali inilah yang menyebabkan masyarakat Indonesia kalah jauh dengan masyarakat jepang. Padahal masyrakat Indonesia notabennya merupakan penduduk beragama islam terbesar di dunia. Be

Manusia Makhluk Pelajar

Manusia Makhluk Pelajar Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa melalui pendidikan, proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan sulit untuk diwujudkan. Demikian juga dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula.  Oleh karena itu Islam menekankan akan pentingnya belajar baik melalui aktivitas membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Pengertian Belajar dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas belajar. Para Pakar psikologi saling berbeda dalam menjelaskan mengenai cara atau aktivitas belajar itu berlangsung. Akan tetapi dari beberapa penyelidikan dapat ditandai, bahwa belajar yang sukses selalu diikuti oleh kemajuan tertentu yang terbentuk dari pola pikir dan berbuat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar ialah untuk memperoleh kesuksesan dalam pengembangan potensi-potensi seseorang. Beberapa aspek psi

Halalan Thahyiban

Halalan Thahyiban             Halal didefinisikan sebagai sesuatu yang dibenarkan (tidak dilarang) penggunaan atau pemakaiannya. Menurut al-Qur’an, semua makanan yang baik dan bersih adalah halal. Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrowi. Karena itu kata “halal” juga berarti “boleh”. Dalam bahasa hukum, kata ini mencakup segala sesuatu yang dibolehkan agama, baik kebolehan itu bersifat sunnah, anjuran untuk dilakukan, makruh (anjuran untuk ditinggalkan) maupun mubah (netral atau boleh-boleh saja), tetapi tidak dianjurkannya, atau dengan kata lain hukumnya makruh. Segala yang ada di alam semesta ini halal untuk digunakan sehingga makanan yang terdapat di dalalmnya juga halal. Karena itu al-Qur’an mengecam mereka yang mengharamkan rizki halal yang disediakan Allah SWT. untuk manusia. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya : Dia-Lah Allah SWT. yang menjadiakn segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit

Takaran dan Timbangan

Takaran dan Timbangan Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar. Dalam aktifitas bisnis,  takaran (al-kail) biasanya dipakai untuk mengukur satuan dasar ukuran isi barang cair,  makanan dan berbagai keperluan lainnya. Kata lain yang sering juga dipakai untuk fungsi yang sama adalah literan. Sedangkan timbangan (al-wazn) dipakai untuk mengukur satuan berat. Takaran dan timbangan adalah dua macam alat ukur yang diberikan perhatian untuk benar-benar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perspektif ekonomi syariah. Namun adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sama berat, berpegang pada kebenaran, dan sudah sepatutnya tidak sewenang-wenang. Penetapan takaran dan timbangan ini adalah atas dasar keadilan Islam yang harusnya ditegakkan. Karena definisi adil akan berbeda ketika antara satu dengan yang lainnya bila hanya mengikuti hawa nafsu saja. Hal ini pula sejalan dengan prinsip kejujuran untuk mewujudkan keadilan, sesuai dengan perintah Allah SWT untuk menyempurna

Hubungan Horizontal Dengan Alam

Hubungan Horizontal Dengan Alam Sesungguhnya alam diciptakan untuk Manusia, manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada posisi sekarang. Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang semuanya diperuntukkan pada manusia. Alam semesta diciptakan oleh Allah jauh sebelum manusia pertama (Nabi Adam) diciptakan. Alam semesta diciptakan dengan tatanan yang sangat rapi, teratur, serasi, dan seimbang. Ketika satu tatanan dirusak, maka secara sunnatullah, sistem alam akan bekerja untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu karena kerusakan tersebut.    Lalu hubungan manusia dengan alam seperti dalam firman Allah “Tidaklah kamu perhatikansesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumu dan menyempurnakan nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah