Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara

Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara
Kebenaran itu ada yang sifatnya mutlak dan ada pula yang sifatnya sementara. Kebenaran mutlak itu ada dan yakin (tidak berubah-ubah) bisa juga dikatakan kebenaran yang hakiki dan sejati, sesuatu yang dapat melihat dan menyatakan keseluruhan realitas secara objektif, dan apa adanya. Dengan demikian sebenarnya kebenaran mutlak adalah kebenaran yang dengan fakta yang tidak dapat disangkal lagi. Namun berbeda dengan kebenaranya. Pandangan manusia itu sangat terbatas karena ( tubuh ) manusia dibatasi oleh ruang dan waktu. Manusia hanya bisa berada pada satu tempat pada waktu tertentu. Indra-indra tubuh manusia tidak bisa mendeteksi sesuatu yang terlalu ekstrem. Mata manusia tidak bisa menangkap benda yang terlalu besar atau kecil, terlalu dekat atau terlalu jauh. Mata manusia juga tidak bisa menangkap gerakan yang terlalu cepat. Mata manusia hanya bisa menangkap cahaya dengan panjang gelombang dalam suatu rentang tertentu. Telinga manusia hanya dapat menangkap suara dalam rentang frekuensi tertentu. Otak manusia hanya dapat memikirkan pola-pola yang sudah dikenalnya sebelumnya. Banyak hal yang tidak atau belum diketahui manusia, dan yang tidak atau belum pernah terpikirkan. Dan ada hal-hal yang tidak akan pernah bisa terpikirkan olehnya.
Ilmu pengetahuan sifatnya bisa dibuktikan ulang kebenarannya shahih (teralami), karena setiap ilmuan baru bisa menemukan kembali penemuan yang sifatnya baru atau tidak pasti. Karena hanya kebenaran yang ditetapkan Allah ialah mutlak dan tidak berubah. Manusia jelas bukan kebenaran yang mutlak, karena ia tidak memenuhi syarat-syaratnya. Manusia bukan kebenaran mutlak karena manusia adalah makhluk ciptaan yang terbatas, bersifat subjektif dan dikuasi oleh ruang dan waktu. Bersifat subjektif artinya terhadap objek yang sama manusia memiliki sudut pandang atau pendapat yang berbeda-beda karena manusia mengerti dan mengartikan sesuatu sebatas pengertiannya sendiri dan melihat sesuatu sebatas pada daya lihatnya sendiri.
Jadi kebenaran mutlak yang sejati itu harus datang dari luar manusia. Adapun manusia hanya bisa mempunyai kebenaran relatif. Tidak mungkin ada kebenaran mutlak di level manusia atau yang di bawahnya. Kebenaran mutlak harus datang dari level yang lebih tinggi, dari Allah. Jadi kebenaran mutlak adalah kebenaran yang datang dari Allah yang maha besar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Sastra analisis secara teks

Takaran dan Timbangan

Manusia Sebagai Makhluk Allah