Manusia Sebagai Makhluk Allah

Manusia Sebagai Makhluk Allah
Sebagai manusia posisi kita paling kecil diantara tata surya, tetapi bagi Allah tetaplah terpenting biarpun semut sekalipun. Oleh karena itu manusia merupakan ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya di antara ciptaan-Nya yang lain. Dari ini semua mengajarkan kita agar tidak sombong, karena kita sebagi manusia hanyalah makhluk kecil dimata Allah jika dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan Allah yang lainnya. Misalnya seperti tata surya dan kemegahan alam yang Allah ciptakan. Jangan pernah merasa lebih hebat dari pada orang lain karena setiap insan pasti memiliki kehebatannya masing-masing. Biarpun ia memiliki kekurangan sekalipun pasti memiliki kelebihan yang orang lain tidak menyangkanya bahwa ia mampu. Manusia meskipun Allah telah memberikan kelebihan tetapi tetap condong berubah-ubah sifatnya dan tidak menetap. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah diberikannya akal pada, pikiran, perasaan, dan keyakinan oleh Allah untuk kualitas hidupnya di dunia. Sebagaimana dalam Al-Quran, manusia sebagimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Seperti peristiwa yang menimpa Nabi Adam A.s dan istrinya diturunkan dari surge, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat kelak, meski dia harus melewati rintangan dan cobaab dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini.
Allah mengajarkan kita untuk selalu dan terus belajar mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan salah satunya dari alam itu sendiri. Ketahuilah bahwasanya Allah mencintai hambanya yang pandai bersyukur. Setiap manusia yang telah mendapatkan taufik dari Allah untuk berilmu atau beramal sholeh senantiasa bersyukur atas nikmat tersebut. Hal ini agar supaya Allah menambahkan karunia-Nya kepada umat manusia. Karena lawan dari syukur adalah kufur. Dan Allah melarang melakukannya.

Sangat banyak nikmat yang Allah berikan seperti sumber air, tumbuhan dan sumber daya alam yang telah tersediakan. Sebagaimana Allah berfiman, “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (QS. An Nahl: 53). Hanya bagaimana cara manusia itu sendiri mengolah dan merawatnya dengan baik. Karena manusia diberi kuasa untuk mengolah bumi. Sedang lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap sifat atau kelakuan seseorang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Sastra analisis secara teks

Takaran dan Timbangan